1.
Pengertian Evaluasi
Produk
Sebuah
perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi tentu harus melakukan
evaluasi terhadap produknya sebelum diluncurkan ke pasaran. Untuk menghasilkan
barang yang bermutu,perusahaan harus menentukan standar kualitas secara jelas. Pentingnya
melakukan evaluasi produk agar perusahaan bisa memantau setiap kerusakan produk
kemudian dicari penyebabnya dan segera dilakukan perbaikan.
Evaluasi
produk adalah evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang akan
dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir,diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
Adapun
factor yang biasa dipakai dalam mengevaluasi kepuasan produksi manufaktur
menurut Garvin dalam Lovelock (1994), antara lain meliputi aspek sebagai
berikut :
a.
Reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Dalam
hal ini konsumen melihat kinerja ( performance ) karakteristik operasi
pokok dari produk inti yang dibeli.
b. Ciri-ciri
atau keistimewaan tambahan ( features ) yaitu karakteristik sekunder
atau pelengkap yang merupakan fasilitas tambahan yang menambah fungsi dasar
berkaitan dengan pilihan pengembangan.
c. Kehandalan
( reliability ), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal digunakan.Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan
fungsinya secara berhasil dalam waktu tertentu dibawah kondisi tertentu.
d. Kesesuaian
dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.
e. Daya
tahan ( durability ) berakaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
digunakan.Biasanya karakteristik ini berhubungan dengan ukuran masa pakai suatu
produk.
f. Kemampuan
pelayanan (serviceability), merupakan karakteristik yang berkaitan
dengan kecepatan kompetensi, kenyamanan, mudah direspirasi serta penanggulangan
keluahan yang memuaskan.
g. Estetika
( estebility ) merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan pribadi.
h. Kualitas
yang dirasakan ( perceived quality ) bersifat subjektif, berkaitan
dengan perasaan pelanggan dalam mengonsumsi produk tersebut seperti
meningkatkan harga diri, biasanya merupakan karakteristik yang berhubungan dengan
reputasi.
2. Penentuan Kualitas Produk dan Pengendalian Mutu Produk
Adapun
standar dari kualitas suatu produk ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a.
Kualitas produk pesaing
Minimal perusahaan menghasilkan produk dengan kualitas yang sama
dengan Pesaing bahkan sedapat mungkin lebih baik dari produk pesaing.
b.
Manfaat akhir dari produk
Apakah produk tersebut sebagai produk akhir atau produk perantara
untuk diproduksi lebih lanjut.
c.
Keseimbangan antara harga dan kualitas
Perusahaan harus menyesuaikan harga jual dengan kualitas
produk.Konsumen tidak akan segan membeli dengan harga tinggi,bila kualitas dari
produk yang dibelinya memang terjamin atau berkualitas super.
Pengendalian mutu terhadap produk tentu sangat
diperlukan.Pengendalian mutu atau quality control adalah proses
penilaian dan pengawasan kualitas atas hal-hal yang berkaitan dengan produksi. ISO
9000 mendefinisikan pengendalian mutu sebagai “Bagian dari manajemen kualitas
yang berfokus pada pemenuhan standar kualitas suatu produk”.
3. Pendekatan Pengendalian Kualitas Produk
Pengendalian kualitas bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan penyimpangan,baik bahan, tenaga, waktu maupun kualitas barang jadi
serta untuk memperbaiki kesalahan – kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya,pada
saat maupun setelah proses produksi. Pengedalian kualitas umumnya dilakukan
dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan
Masukan
Kualitas suatu produk akhir sangat ditentukan oleh kualitas
masukan (input) produksi, baik bahan baku atau pendukung,tenaga kerja,maupun
peralatan produksi yang digunakan. Pengendalian kualitas berdasarkan pendekatan
masukan adalah pengendalian dengan cara menetapkan standar yang sangat ketat
terhadap spesifikasi bahan baku diperiksa secara cermat, tenaga kerja yang
digunakan diseleksi secara ketat serta fasilitas atau perlengkapan produksi
dipilih secara cermat.
b. Pendekatan
Proses
Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian yang ketat terhadap
standar proses produksi yang dijalankan. Sebelum melakukan proses produksi
setiap pekerja terlebih dahulu diberikan pedoman pelaksanaan proses produksi
yang harus mereka pahami dengan baik sehingga mereka bekerja sesuai pedoman. Di
samping itu setiap pekerja berusaha untuk meminimalisasi penyimpangan dan
setiap kerusakan peralatan produksi segera diperbaiki.
c. Pendekatan
Keluaran
Pendekatan ini dilakukan dengan melihat kesesuaian produk akhir
dengan pesanan atau standar yang telah ditetapkan, yaitu dengan melihat dan memeriksa
sampel produk. Di samping itu pengendalian dengan pendekatan ini juga dilakukan
terhadap fasilitas penyimpangan produk akhir, setiap produk akhir ( keluara )
akan diperiksa untuk melihat kesesuiaannya dengan standar yang telah
ditetapakan sebelumnya yaitu yang disebut dengan sampel produk.
4. Manfaat Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas bagi perusahaan memiliki manfaat sebagai
berikut:
a. Tercapainya
efesiensi,dikarenakan tidak ada pemborosan bahan baku atau pendukung, waktu dan
tenaga kerja.
b. Menekan
biaya, sehingga biaya rata-rata dan harga jual menjadi rendah.
c.
Meningkatkan penjualan, disamping karena harga jual relative
rendah juga karena kualitas barang yang terjamin.
d.
Manfaat bagi konsumen adalah konsumen merasa puas karena
memperoleh barang/produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing.
5. Langkah Melakukan Evaluasi Kualitas Produk
Berikut ini beberapa langkah yang bisa diambil perusahaan dalam
melakukan evaluasi produk, antara lain :
a.
Evaluasi pada kualitas produk, yaitu dengan melakukan pengendalian
mutu atau quality control, mencari cacat produk dan segera melakukan perbaikan.
Pengendalian kualitas produk dilakukan yaitu dengan cara mengidentifikasi
kerusakan produk, mencari penyebab kerusakan dan usaha untuk melakukan
perbaikan. Perusahaan perlu menentukan standar kerusakan produk maksimal dua
persen.
b.
Evaluasi terhadap persepsi karyawan.Mengevaluasi persepsi karyawan
dan para manajer terhadap kualitas juga mengevaluasi tingkat komitmen para
karyawan dan manajer terhadap kualitas.
c.
Evaluasi tingkat kerusakan produk.Evaluasi ini dilakukan untuk
mencari penyebab terjadinya kerusakan,seperti kualitas bahan yng digunakan
tidak sesaui dengan standar, keteledoran karyawan yang disebabkan kurangnya
pengawasan atau mesin yang sudah tidak layak pakai.
Setelah
diperoleh hasil dari analisis tersebut dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap strategi
bisnis perusahaan yang telah mecanangkan kebijakan mutu barang yang dihasilkan oleh
perusahaan,termasuk kebijakan tingkat kerusakan barang.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Selamat Mengerjakan !!!
- Tugas Mandiri
- Tugas Kelompok